Dalam wawancara terbaru dengan Fox News, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa TikTok telah menemukan pembeli untuk operasinya di Amerika Serikat, meski ia menolak menyebutkan siapa. Trump menggambarkan calon pembeli sebagai “sekelompok orang sangat kaya” dan mengatakan identitas mereka akan diumumkan “sekitar dua minggu lagi”—ungkapan yang sering ia gunakan saat menggoda publik dengan pengumuman besar.
Perkembangan ini muncul setelah berbulan-bulan ketidakpastian mengenai masa depan TikTok di AS. Berdasarkan undang-undang tahun 2024, perusahaan induk TikTok asal Tiongkok, ByteDance, diwajibkan untuk melepas aset-asetnya di AS atau menghadapi pelarangan nasional. Tenggat awal 19 Januari 2025 telah diperpanjang tiga kali oleh Trump, dan yang terbaru memperpanjang batas waktu hingga 17 September.
Trump menekankan bahwa kesepakatan ini kemungkinan harus mendapat restu dari Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dengan mengatakan, “Saya rasa Presiden Xi mungkin akan melakukannya.” Pemerintah Tiongkok sebelumnya menolak penjualan semacam ini, apalagi setelah AS menerapkan tarif besar terhadap barang-barang impor Tiongkok tahun ini.
Meski Trump sempat menyebut nama-nama seperti pendiri Oracle, Larry Ellison, dan bahkan Elon Musk sebagai calon pembeli, belum ada konfirmasi resmi. Beberapa pihak yang dirumorkan termasuk Amazon, Blackstone, bahkan kreator YouTube MrBeast.
Dengan tenggat waktu September semakin dekat, nasib 170 juta pengguna TikTok di AS—serta dampaknya terhadap hubungan teknologi AS-Tiongkok—masih belum pasti. Untuk saat ini, identitas pembeli masih menjadi misteri, dengan gaya khas Trump yang “dua minggu lagi” terus membuat publik penasaran.
Dampak Penjualan TikTok
Penjualan operasi TikTok di Amerika Serikat membawa dampak luas—dari sisi teknologi, politik, hingga ekonomi:
Keamanan Nasional & Privasi Data Alasan utama di balik pemaksaan penjualan ini adalah kekhawatiran bahwa pemerintah Tiongkok dapat mengakses data pengguna AS. Jika dijual ke perusahaan AS, kekhawatiran ini mungkin mereda dan menjadi preseden dalam menangani platform teknologi asing.
Ketegangan Geopolitik Penjualan ini menjadi titik panas dalam persaingan teknologi antara AS dan Tiongkok. Langkah ini menunjukkan upaya AS membatasi pengaruh digital Tiongkok, dan bisa memicu respons balasan dari Beijing.
Kompetisi Pasar & Inovasi Algoritma TikTok adalah aset utamanya. Jika penjualan termasuk teknologi ini, pembeli bisa memperoleh keunggulan besar di industri media sosial. Namun jika ByteDance menolak menyertakan algoritma karena regulasi ekspor Tiongkok, nilai TikTok bisa menurun drastis.
Pertumbuhan Iklan & E-Commerce Dengan kepemilikan AS, TikTok bisa mendapat kepercayaan lebih dari konsumen dan pengiklan. Ini bisa membuka peluang pendapatan baru, terutama di bidang e-commerce yang sedang mereka kembangkan secara agresif.
Preseden Hukum & Regulasi Pemaksaan divestasi ini bisa menjadi model baru dalam regulasi teknologi, terutama terkait kepemilikan asing dan kedaulatan digital. Hal ini juga memicu perdebatan tentang batas kekuasaan eksekutif dan peran pengadilan dalam tata kelola teknologi.
Pengaruh Budaya & Politik TikTok telah menjadi alat ampuh untuk menyebarkan pesan politik dan menjangkau generasi muda. Kepemilikan baru bisa memengaruhi moderasi konten dan narasi apa yang diperkuat atau dibatasi.
Singkatnya, ini bukan sekadar transaksi bisnis—melainkan pertarungan kekuasaan digital dengan dampak global.