Dalam langkah yang menyoroti rumitnya hubungan antara politik, teknologi, dan diplomasi internasional, Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan ketiga terhadap larangan TikTok di Amerika Serikat. Keputusan ini memberi waktu tambahan 90 hari bagi ByteDance, induk perusahaan asal Tiongkok, untuk menjual operasional TikTok di AS atau menghadapi penghapusan dari toko aplikasi dan layanan hosting web di negara tersebut.
Penundaan ini akan diformalkan melalui perintah eksekutif yang dijadwalkan dikeluarkan akhir pekan ini. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa “Presiden Trump tidak ingin TikTok menghilang begitu saja,” dan menegaskan bahwa pemerintah ingin mencapai kesepakatan yang menjamin keamanan data pengguna Amerika.
Penundaan ini mengikuti undang-undang yang disahkan pada 2024 oleh Presiden Joe Biden, yang mengharuskan ByteDance melepas aset TikTok di AS karena kekhawatiran akan keamanan nasional. Para legislator telah lama mencurigai bahwa aplikasi tersebut bisa dimanfaatkan pemerintah Tiongkok untuk mengakses data sensitif—tuduhan yang terus dibantah oleh ByteDance.
Menariknya, sikap Trump terhadap TikTok telah berubah. Dulu ia merupakan pengkritik keras, kini ia mengakui bahwa platform tersebut membantunya menjangkau pemilih muda selama kampanye 2024. “Saya punya tempat tersendiri di hati saya untuk TikTok,” ujarnya dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Meski larangan tersebut mendapat dukungan bipartisan, penundaan berulang oleh Trump membuat publik bertanya-tanya apakah aplikasi itu benar-benar akan dilarang selama masa jabatannya. Para analis menyebut keputusan itu sebagai langkah politis sekaligus cerminan sulitnya negosiasi yang melibatkan kepentingan keamanan AS dan regulasi Tiongkok.
Beberapa pihak dari AS—termasuk Oracle, Project Liberty, dan Andreessen Horowitz—menyatakan minat membeli operasi TikTok di Amerika. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang tercapai.
Untuk sementara, 170 juta pengguna TikTok di AS masih bisa menikmati konten seperti biasa—setidaknya hingga tenggat berikutnya tiba. Apakah penundaan ini akan menghasilkan solusi atau hanya penundaan lagi, masih jadi tanda tanya.