Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara yang bergabung dengan blok BRICS, mengancam akan menerapkan tarif tambahan sebesar 10% terhadap ekspor mereka ke Amerika Serikat. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap apa yang disebut Trump sebagai “kebijakan anti-Amerika” dari pertemuan puncak BRICS di Rio de Janeiro.
Dalam unggahan di Truth Social, Trump menyatakan, “Setiap negara yang memilih untuk menyelaraskan diri dengan kebijakan anti-Amerika dari BRICS akan dikenai tarif tambahan sebesar 10%. Kebijakan ini berlaku tanpa pengecualian.” Pengumuman ini bertepatan dengan surat pemberitahuan tarif baru yang dikirimkan ke mitra dagang AS, menjelang pemberlakuan per 1 Agustus.
Respons BRICS
Anggota BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, serta anggota baru seperti Indonesia, Iran, dan Mesir, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan bersama yang mengkritik kebijakan tarif sepihak dan menyerukan reformasi tata kelola perdagangan global. Meski tidak menyebut AS secara langsung, pernyataan itu menyampaikan “keprihatinan serius” terhadap proteksionisme yang mengganggu rantai pasok dunia.
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menanggapi dengan tegas, mengatakan, “Dunia sudah berubah. Kami tidak menginginkan seorang kaisar,” merujuk pada ancaman Trump. Para pemimpin BRICS lainnya juga menyerukan multilateralisme dan kemandirian ekonomi, dengan Tiongkok dan Afrika Selatan mendorong diplomasi dibanding paksaan.
Indonesia Jadi Sorotan
Indonesia, sebagai anggota baru BRICS, menghadapi kenaikan tarif tertinggi hingga 32%, berdasarkan kebijakan timbal balik yang ditetapkan Trump. Meski demikian, Jakarta tetap melanjutkan nota kesepahaman senilai $34 miliar dengan mitra bisnis AS, termasuk pembelian bahan bakar dan hasil pertanian. Menteri Koordinator Airlangga Hartarto dijadwalkan mengunjungi Washington untuk negosiasi pengurangan tarif.
Dampak Global
Ancaman tarif dari Trump kembali memunculkan kekhawatiran tentang terpecahnya ekonomi global. Para analis memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan dagang dapat menghambat upaya pemulihan ekonomi dan memperdalam jurang geopolitik. Di tengah perluasan pengaruh BRICS dan sikap proteksionis Trump, lanskap perdagangan dunia tampaknya menuju perubahan besar yang penuh gejolak.