Lee Jae-myung secara resmi menjabat sebagai Presiden Korea Selatan ke-21 setelah kemenangan dalam pemilu mendadak pada 3 Juni. Dalam pidato pelantikannya pada 4 Juni, ia berjanji untuk mempromosikan persatuan nasional, memulihkan ekonomi, dan mengembalikan perdamaian.
Dalam upacara di Majelis Nasional, Lee menekankan perlunya menyatukan perpecahan dan menciptakan masa depan di mana semua orang dapat hidup bahagia. Ia mengenakan dasi berwarna-warni—putih, merah, dan biru—melambangkan persatuan, berbeda dengan dasi biru yang dikenakannya saat kampanye.
Lee, anggota Partai Demokrat liberal, resmi memulai masa jabatan lima tahun pada pukul 06:21 pagi tanggal 4 Juni, setelah Komisi Pemilihan Nasional mengonfirmasi hasil pemungutan suara. Ia memenangkan 49,42% suara, mengalahkan Kim Moon-soo dari Partai Kekuatan Rakyat dengan selisih 8,27 poin persentase. Kemenangannya terjadi setelah berbulan-bulan gejolak politik menyusul deklarasi darurat militer oleh Presiden Yoon Suk-yeol pada 3 Desember.
Lee berjanji untuk mengakhiri perpecahan politik dan menjadikan persatuan nasional sebagai kekuatan utama untuk pertumbuhan. Ia mengumumkan rencana membentuk gugus tugas darurat ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mempromosikan pembangunan yang lebih seimbang dan berkeadilan demi kemakmuran bersama.
Dalam kebijakan luar negeri, Lee berkomitmen untuk membuka jalur komunikasi dengan Korea Utara dan membangun perdamaian di Semenanjung Korea melalui dialog dan kerja sama. Ia menyatakan, “Keamanan sama pentingnya dengan pangan, dan perdamaian adalah fondasi ekonomi”.
Setelah upacara pelantikan, Lee menyapa masyarakat yang berkumpul di luar Majelis Nasional. Pada usia 61 tahun, ia memiliki latar belakang sebagai pengacara hak asasi manusia sebelum terjun ke dunia politik pada 2005. Ia sebelumnya mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 2017 dan 2022, namun kalah tipis dari Moon Jae-in dan Yoon Suk-yeol.