Ascend 910: Prosesor AI Andalan Huawei saat gagal beli Chip AI dari Nvidia

Huawei ascend 910

Huawei, raksasa teknologi asal China, terus menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi sanksi perdagangan dari Amerika Serikat. Salah satu bukti nyata adalah pengembangan prosesor Ascend 910, chip kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk melatih model AI berskala besar.

Amerika melarang ekspor chipset AI ke China karena alasan utama keamanan nasional dan kekhawatiran militer. Menurut Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, larangan ini memiliki tujuan untuk mencegah China mengembangkan komputer canggih yang bisa digunakan untuk mempercepat pengambilan keputusan militer, perencanaan logistik, dan sistem pengawasan berbasis pengenalan wajah

Pada awalnya, pembatasan hanya berlaku untuk chip dengan kemampuan komunikasi tinggi antar prosesor, seperti Nvidia A100 dan H100. Akan tetapi, karena produsen seperti Nvidia dan Intel sempat mengakali aturan dengan merilis versi terbatas (A800, H800, Gaudi 2), AS kemudian memperketat larangan dengan mengubah kriteria menjadi berdasarkan performa komputasi dan ukuran fisik chip

Latar Belakang Sanksi
Sejak 2019, Huawei masuk dalam daftar hitam perdagangan AS, yang membatasi aksesnya terhadap teknologi berbasis Amerika. Pada 2020, pembatasan diperketat: perusahaan global seperti TSMC dilarang menjual chip ke Huawei jika menggunakan teknologi AS, memaksa Huawei mencari jalur produksi alternatif.


Ascend 910: Simbol Perlawanan Teknologi
Diluncurkan pertama kali pada 2019, Ascend 910 diklaim sebagai salah satu chip AI paling kuat di dunia saat itu, dengan performa hingga 256 TeraFLOPS FP16. Versi terbarunya, seperti Ascend 910C dan 910D, dikembangkan secara lokal di China dan kini mampu mencapai sekitar 60% performa Nvidia H100, menurut laporan independen.

Strategi Bertahan Huawei
Perusahaan Huawei mengandalkan pabrik chip domestik seperti SMIC dan melakukan stockpiling komponen penting seperti memori HBM sebelum larangan diberlakukan. Meski menghadapi tantangan produksi dan efisiensi, Huawei berhasil mempertahankan roadmap AI-nya dan bahkan mengungguli Nvidia dalam beberapa pengujian inferensi model bahasa besar.

Dampak Global
Keberhasilan Huawei mengembangkan Ascend 910 secara mandiri menunjukkan bahwa sanksi teknologi tidak selalu efektif. Bahkan CEO Nvidia, Jensen Huang, menyebut bahwa pembatasan ekspor justru mempercepat kemandirian teknologi China dan bisa merugikan industri chip AS sendiri.

Larangan ekspor chip AI dari Amerika Serikat ke China memberikan dampak besar bagi Nvidia, baik secara finansial maupun strategis:

1. Kerugian Finansial Besar
Nvidia mencatat kerugian sekitar $4,5 miliar pada kuartal pertama tahun fiskal 2026 akibat pembatasan ekspor chip AI H20 ke China. Selain itu, mereka kehilangan potensi pendapatan tambahan sebesar $2,5 miliar karena gagal mengirimkan chip tersebut. Total kerugian diperkirakan bisa mencapai $8 miliar pada kuartal berikutnya.

2. Pasar China Tertutup
CEO Nvidia, Jensen Huang, menyebut bahwa pasar AI senilai $50 miliar di China kini “praktis tertutup” bagi mereka. Ini mengakhiri bisnis pusat data berbasis chip Hopper di negara tersebut.

3. Risiko Kehilangan Pangsa Pasar
China menyumbang hampir 17% dari total penjualan Nvidia. Dengan larangan ini, Nvidia berisiko kehilangan pangsa pasar ke pesaing lokal seperti Huawei, yang kini mempercepat pengembangan chip AI domestik.

4. Dampak Saham dan Strategi Baru
Saham Nvidia sempat turun hingga 6% setelah pengumuman larangan ekspor. Sebagai respons, Nvidia mempercepat produksi server AI di AS dan menjajaki pasar baru di Timur Tengah untuk menutup kekosongan pasar China3.

5. Kekhawatiran Jangka Panjang
Huang memperingatkan bahwa pembatasan ini bisa memperkuat industri semikonduktor China dan melemahkan posisi dominan AS dalam teknologi AI global.

ref


Selanjutnya
close